Untuk tiap jenis produk, masing-masing mempunyai lingkup pasar yg sangat luasnya. Meski faktanya tetap jenis telur ayam negeri biasa mempunyai daya jual lebih baik. Harga yg murah merupakan salah satu faktor penunjang. Menurut salah satu catatan dari data statistik tahun 2013 telur dikonsumsi setidaknya lebih dari 8 kg pertahun perorang & catatan ini diyakini masih akan berkembang.
Dengan memeriksa pada fakta tingginya undangan di pasar terhadap telur dari ayam negeri, maka inspirasi perjuangan ayam petelur terperinci mempunyai potensi yg menarik. Ada cukup potensi penghasilan yg bisa, Anda keruk dari perjuangan ini.
Di sini fokus perjuangan terletak pada produksi telur ketimbang daging. Ayam yg dipelihara juga khusus penghasil telur dengan model daging yg kurang yummy dimakan & kurang bisa menjadi gemuk menyerupai jenis type white leghorn / jenis broiler petelur.
Salah satu orang yg sukses menjalankan usaha ayam petelur yakni bapak Hasan Wahyudi dari Solo. Berawal dari kapasitas 100 ekor ayam di tahun 1998 ketika dia terpaksa menjalani masa PHK di ketika Indonesia mengalami krisis. Dengan modal pesangon, bapak Hasan mulai membuka perjuangan ternak ayam petelur. Yang bapak Hasan lakukan di awal hanyalah dengan membangun kan&g –kan&g khusus ayam berilmu balig cukup akal & ruang simpan telur.
Pada awalnya tak gampang memasarkan produk telur yg dihasilkan. Namun bapak Hasan tidak mengenal kata jera, dengan bersungguh-sungguh, dia terus mencari pasar gres untuk telur yg diproduksinya. Pada awalnya fokus penjualan diarahkan pada warung-warung disekitar kan&g.
Meski terbilang berhasil, tetapi bapak Hasan tidak puas, hasil dari perjuangan ayam petelurnya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Itu sebabnya dia mulai melebarkan akup dengan menunjukkan kerjasama supplier dengan beberapa pelaku perjuangan makanan menyerupai bakery & catering. Sambutannya cukup baik & dalam tempo singkat mulai muncul pelanggan gres yg membutuhkan telur dalam jumlah besar.
Sayg, cara ini buat bapak Hasan terbentur masalah, dia mendapat serangan daripara supplier telur lantaran dianggap merebut pasar. Tak habis akal, malah bapak Hasan sengaja menunjukkan kerjasama khusus dengan mensuplai para supplier telur ini.
Terbilang nekad awalnya lantaran bila kita menjadi penyedia telur untuk skala pemasok, maka telur yg siap untuk dijual tiap harinya bisa, mencapai ribuan. Artinya pula bapak Hasan terpaksa menambah jumlah ayam petelur yg dipelihara.
Namun beruntung, rupanya inspirasi perjuangan dadakan ini malah sukses. Kini dalam satu hari dia harus memproduksi setidaknya 4 ribu ekor tiap harinya. Beliau juga harus memenuhi setidaknya 8 undangan pemasok rekanannya. Beberapa pemasok tidak hanya berasal dari daerah Solo, beberapa juga dari Yogya, Klaten & Wonogiri.
Persebaran penjualan ini berawal dari niat besar bapak Hasan dalam berpromosi. Beliau tidak sungkan untuk sengaja bertan&g ke kota lain di sekitar Solo, memasuki satu persatu toko untuk menemukan info sseputar siapa supplier telur di sekitar kawasan. Bila dia sudah mendapat info yg dibutuhkan, bapak Hasan ini eksklusif melancarkan beberapa taktik untuk merayu pemasok tersebut mengambil barang dari telur produksi bapak Hasan.
Dan sekarang dalam satu bulan bapak Hasan bisa, membukukan omzet tak kurang dari 75 juta dengan laba sekitar 20 – 25 %. Usaha dengan 15 karyawan yg dia miliki ini juga sempat mendapat penghargaan dari dinas perkoperasian setempat.
Sebuah proses gemilang dengan hasil memuaskan dari sebuah perjuangan ayam petelur skala kecil bukan? Dengan kegigihan & taktik yg tepat, perjuangan skala kecil macam ini juga bisa, berubah menjadi menjadi perjuangan skala besar dengan hasil puluhan juta tiap bulan.
Bagaimana jika Anda juga tertarik untuk terjun dalam perjuangan ayam petelur? Menurut bapak Hasan, masih ada begitu besar peluang dari perjuangan macam ini. Bapak Hasan masih melihat ada banyak ceruk & undangan di pasar yg belum terpenuhi dengan baik. Itu pula sebabnya harga telur terus meroket. Makara masih ada peluang yg masih bisa, Anda garap dengan perjuangan ayam petelur kan?
reff : www.blog.efowl.com)
0 comments:
Post a Comment